- PENDAHULUAN
-
Budidaya ulat sutera dimaksudkan untuk menghasilkan
benang sutera sebagai bahan baku pertekstilan. Untuk melaksanakan
pemeliharaan ulat sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei,
yang merupakan satu-satunya makanan (pakan) ulat sutera, Bombyx mori L.
- Manfaat kegiatan persuteraan alam sebagai berikut :
- Mudah dilaksanakan dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat;
- Memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat khusunya di pedesaan;
- Memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya;
- Mendukung kegiatan reboisasi dan penghijauan.
- Guna mendukung pengembangan kegiatan persuteraan alam, maka tulisan ini ditujukan sebagai petunjuk praktis budidaya ulat sutera.
- PERSIAPAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
- Penyediaan Daun Murbei :
- Daun murbei untuk ulat kecil berumur pangkas 1 bulan dan untuk ulat besar berumur pangkas 2-3 bulan;
- Tanaman murbei yang baru ditanam, dapat dipanen setelah berumur 9 bulan;
- Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera, dibutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang;
- Daun murbei jenis unggul yang baik untuk ulat sutera adalah : Morus alba, M. multicaulis, M. cathayana dan BNK-3 serta beberapa jenis lain yang sedang dalam pengujian oleh Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
-
Sebelum kegiatan pemeliharaan ulat sutera
dimulai, beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti : tersedianya daun
murbei sebagai pakan ulat sutera, ruang dan peralatan pemeliharaan
serta pemesanan bibit/telur ulat sutera.
- Ruangan Peralatan.
- Tempat pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat besar;
- Pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada tempat khusus atau pada Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK);
- Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai dan jendela yang cukup:
- Bahan-bahan dan peralatan yang perlu disiapkan adalah : Kapur tembok, kaporit/papsol, kotak/rak pemeliharaan, tempat daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain penutup daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain;
- Desinfeksi ruangan dan peralatan, dilakukan 2-3 hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, menggunakan larutan kaporit 0,5% atau formalin (2-3%), disemprotkan secara merata;
- Apabila tempat pemeliharaan ulat kecil berupa UPUK yang berlantai semen, maka setelah didesinfeksi dilakukan pencucian.
- Pesanan Bibit.
- Pesanan bibit disesuaikan dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas ruangan serta peralatan pemeliharaan;
- Bibit dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau langsung kepada produsen telur;
- Apabila bibit/telur telah diterima, lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik agar penetasannya seragam.
- Sebarkan telur pada kotak penetasan dan tutup dengan kertas putih yang tipis;
- Simpan pada tempat sejuk dan terhindari dari penyinaran matahari langsung, pada suhu ruangan 25 -28 derajat C dengan kelembaban 75-85%;
- Setelah terlihat bintik biru pada telur, bungkus dengan kain hitam selama 2 hari
- PELAKSANAAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
- Pemeliharaan Ulat Kecil
- Ulat yang baru menetas didesinfeksi dengan bubuk campuran kapur dan kaporit (95:5), lalu diberi daun murbei yang muda dan segar yang dipotong kecil-kecil;
- Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup dengan kertas minyak atau parafin;
- Pemberian makanan dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari;
- Pada setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Apabila sebagian besar ulat tidur (90%), pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat ulat tidur, jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir;
- Pada setiap akhir instar dilakukan penjarangan dan daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;
- Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama dan penyakit harus dilakukan secara teratur.
Caranya adalah sebagai berikut :
- Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar serta mengokonkan ulat.
-
Pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan
"Hakitate" yaitu pekerjaan penanganan ulat yang baru menetas disertai
dengan pemberian makan pertama.
- Pada instar I dan II, pembersihan dilakukan masing-masing 1 kali. Selama instar III dilakukan 1-2 kali yaitu setelah pemberian makan kedua dan menjelang tidur;
- Penempatan rak/sasag agar tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, untuk mencegah gangguan semut;
- Apabila lantai tidak ditembok, taburi kapur secara merata agar tidak lembab;
- Desinfeksi tubuh ulat dilaksanakan setelah ulat bangun tidur, sebelum pemberian makan pertama.
- Ulat dibungkus dengan menggulung kertas alas;
- Kedua sisi kertas diikat dan diletakkan pada posisi berdiri agar ulat tidak tertekan;
- penyaluran ulat sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau sore hari.
- Pelaksanaanya sebagai berikut :
- Penyalur ulat kecil dari UPUK ke tempat pemeliharaan
petani / kolong rumah atau Unit Pemeliharaan Ular Besar (UPUB),
dilakukan ketika sedang tidur pada instar III. Perlakuan pada saat
penyaluran ulat sebagai berikut :
- Pemeliharaan Ulat Besar.
- Ulat besar memerlukan ruangan/tempat pemeliharaan yang lebih luas dibandingkan dengan ulat kecil;
- Daun yang dipersiapkan untuk ulat besar, disimpan pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;
- Daun murbei yang diberikan pada ulat besar tidak lagi dipotong-potong melainkan secara utuh (bersama cabangnya).
- Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung dan pangkalnya;
- Pemberian makanan pada ulat besar (instar IV dan V) dilakukan 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;
- Menjelang ulat tidur, pemberian makan dikurangi atau dihentikan. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
- Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
- Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta menjelang ulat tidur;
- Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
- Seperti pada ulat kecil, rak/sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.
-
Kondisi dan perlakuan terhadap ulat besar berbeda
dengan ulat kecil. Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk.
Suhu ruangan yang baik yaitu 24-26 derajat C dengan kelembaban 70-75%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar adalah sebagai berikut :
- Apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen agar ditaburi kapur untuk menghindari kelembaban tinggi.
- Mengokonkan Ulat.
Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai
mengokon. Pada suhu rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat
yang akan mengokon adalah sebagai berikut :
- Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
- tubuh ulat menjadi bening kekuning-kuningan (transparan);
- Ulat cenderung berjalan ke pinggir;
- Dari mulut ulat keluar serat sutera.
Apabila tanda-tanda tersebut sudah terlihat, maka perlu di
ambil tindakan sebagai berikut :
- Kumpulkan ulat dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah disiapkan dengan cara menaburkan secara merata.
- Alat pengokonan yang baik digunakan adalah : rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapa atau jerami yang dipuntir membentuk sikat tabung).
- PANEN DAN PENANGANAN KOKON.
Panen dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 sejak ulat mulai
membuat kokon. Sebelum panen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil
lalu dibuang atau dibakar.
Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yang meliputi kegiatan sebagai berikut :
Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yang meliputi kegiatan sebagai berikut :
- Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat pada lapisan luar kokon;
- Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yang baik dan kokon yang cacat/jelek;
- Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa serta mengurangi kadar air dan agar dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu;
- Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal/dijual atau menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :
- Dimasukkan ke dalam kotak karton, kantong kain/kertas;
- Ditempatkan pada ruangan yang kering atau tidak lembab;
- Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur ulang di sinar matahari;
- Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.
Sumber :
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/SULSEL/sulsel_2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar